PERBANDINGAN SIKAT GIGI KONVENSIONAL DENGAN SIKAT GIGI ORTODONTIK TERHADAP PERUBAHAN PLAK INDEKS
PERBANDINGAN PENGGUNAAN SIKAT GIGI KONVENSIONAL DENGAN SIKAT GIGI KHUSUS ORTODONTIK TERHADAP PERUBAHAN PLAK NDEKS PADA PEMAKAI ORTODONTIK TAHUN 2020
oleh
Ade Putri Marsaulina Nugroho
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik
secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang
untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Tujuan pembangunan kesehatan
adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya
(Undang-undang RI No. 36 tahun 2009). Menurut Samuel dkk (2014), kesehatan
tubuh dipengaruhi oleh kesehatan gigi dan mulut yang merupakan bagian dari
kesehatan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Kerusakan pada
gigi dapat mempengaruhi kesehatan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari
(Pratiwi, 2009).
Tingkat kebersihan dari rongga mulut
merupakan salah satu indikator dari kesehatan gigi dan mulut. Hal ini dapat
dilihat dari ada atau tidaknya plak dan kalkulus yang terbentuk oleh sisa
makanan atau debris (Paramitha, 2011). Plak
merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas
mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks interseluler dan akan
terus terakumulasi bila tidak dibersihkan dan terbentuk melalui serangkaian
tahapan (Oktaviani, 2015).
1
Menurut Astuti (2018), Pada pasien
ortodontik, menggosok gigi yang baik merupakan tantangan tersendiri karena
disekitar bracket dan dibawah archwires sisa makanan mudah menyangkut
dan menjadi penghalang pada waktu menyikat gigi. Sikat gigi khusus ortodontik
merupakan sikat gigi yang didesain khusus dengan bulu sikat dibagian tengah
lebih pendek dibandingkan bulu sikat pada bagian pinggirnya. Desain ini
bertujuan agar bulu sikat dapat menjangkau permukaan pada tepi bracket (Purnomowati, 2017). Sedangkan sikat gigi konvensional merupakan
sikat gigi dengan beragam ukuran kepala dan bentuk bulu sikat. Sikat gigi ini
memiliki harga yang lebih terjangkau sehingga pemakai ortodontik lebih sering
menggunakan sikat gigi konvensional.
Berdasarkan hal yang disebutkan diatas,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbandingan penggunaan
sikat gigi konvensional dengan sikat gigi khusus ortodontik terhadap perubahan
plak indeks pemakai ortodontik.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :
“Bagaimana perbandingan plak indeks di antara pengguna sikat gigi konvensional
dengan sikat gigi khusus ortodontik pada mahasiswa pemakai ortodontik?”
C.
Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui perbandingan penggunaan
sikat gigi konvensional dengan sikat gigi khusus ortodontik terhadap perubahan skor plak indeks pada pengguna ortodontik.
2.
Tujuan
Khusus
a. Mengetahui variabel skor plak indeks
pada pengguna ortodontik menggunakan sikat gigi konvensional.
b. Mengetahui variabel skor plak
indeks pada pengguna ortodontik menggunakan sikat gigi khusus orotodontik.
c. Mengetahui perbandingan skor plak indeks pada pengguna
ortodontik dengan menggunakan sikat gigi konvensional dan sikat gigi khusus
ortodontik.
D.
Manfaat
Penelitian
1.
Bagi
Pemakai Ortodontik
Untuk menambah ilmu
pengetahuan dibidang Kesehatan Gigi dan Mulut khususnya dalam efektivitas
pemilihan jenis sikat gigi bagi pengguna ortodontik terhadap perubahan skor plak
indeks.
2.
Bagi
Akademik
Hasil penelitian ini
dapat menambah perbendaharaan kepustakaan dan kajian tentang kesehatan gigi dan
mulut.
3.
Bagi
Peneliti
Memperoleh dan menambah
wawasan, pengalaman dalam penerapan dan
mengembangkan ilmu yang diberikan pada saat perkuliahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Telaah
Pustaka
1.
Menggosok
Gigi
Menurut Setyaningsih (2009), Menggosok
gigi adalah membersihkan seluruh permukaan gigi dengan menggunakan alat bantu
yaitu sikat gigi dan pasta gigi dari sisa makanan.
a.
Sikat
Gigi
Menurut Sariningsih (2012) Sikat gigi
merupakan alat berbentuk tangkai lurus dengan sikat dibagian ujungnya yang
berfungsi untuk membersihkan gigi dan gusi terhadap sisa makanan serta plak
yang melekat pada gigi. Waktu menggosok gigi minimal 2 kali sehari yaitu pagi
setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Idealnya sarapan pagi dilakukan
sebelum melaksanakan aktivitas dan dilanjutkan dengan menggosok gigi, sehingga
kondisi mulut tetap bersih sampai makan siang. Sedangkan pada waktu malam hari
baik dilakukan sebelum tidur karena pada waktu air ludah berkurang sehingga
asam yang dihasilkan oleh plak akan lebih besar. Maka dari itu, untuk
mengurangi kepekatan dari asam, maka plak harus dibersihkan (Jovina, 2010).
Pada saat ini, telah
banyak bermacam-macam jenis sikat gigi yang beredar dipasaran, dengan
beranekaragam bentuk pegangan dan jenis bulu sikat yang telah disesuaikan
dengan fungsinya.
1) Jenis
Sikat Gigi
Terdapat berbagai macam
jenis sikat gigi yang beredar dikalangan masyarakat, antara lain :
a) Sikat
gigi konvensional
Sikat gigi khusus
ortodontik merupakan sikat gigi dengan bulu sikat panjang dibagian pinggirnya
dan pendek dibagian tengah. Bulu sikat yang panjang dan memendek ini memiliki
pola yang bertahap. Sikat gigi khusus ini digunakan karena mampu membersihkan
sisa makanan yang menempel di sela-sela gigi dan kawat yang tidak bisa
dijangkau oleh sikat gigi biasa. Dalam menggosok gigi pasien pemakai ortodontik
perlu behati-hati agar tidak merusak kawat giginya (Sukmawaty, 2011).
c) Sikat
gigi elektrik
Sikat gigi elektrik
merupakan sikat gigi yang memiliki banyak variasi dan membutuhkan perawatan
khusus, sebab tidak dapat diletakkan di sembarang tempat. Pengguanan sikat gigi
elektrik ditujukan bagi seseorang yang kurang terampil, kurang disiplin atau
kurang motivasi untuk melakukan teknik penyikatan gigi manual secara efektif.
b.
Teknik
Menggosok
Gigi
1) Teknik
menggosok gigi secara umum
Teknik menggosok gigi merupakan
cara untuk membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi serta gusi, Menurut
Erwana (2015), terdapat 9 teknik menggosok gigi yang dikembangkan oleh para
ahli, yaitu:
a) Teknik
Vertikal
Teknik vertikal dilakukan
dengan cara menggosok gigi naik turun atau ke atas dan ke bawah. Umumnya
gerakan ini dilakukan dengan keadaan mulut terbuka dan tertutup. Pada saat menggosok
gigi bagian labial dan bukal, keadaan tertutup. Sedangkan saat menggosok gigi bagian
lingual dan palatinal, keadaan mulut terbuka.
b) Teknik
Horizontal
Teknik ini digunakan
dengan cara bulu sikat gigi diletakkan sejajar dengan permukaan oklusal,
insisal, bukal, lingual atau palatinal gigi dan kemudian digerakkan maju
mundur. Teknik horizontal dapat diaplikasikan hampir pada seluruh permukaan
gigi, namun diutamakan pada permukaan kunyah gigi.
c) Teknik
Roll
Teknik ini dimulai dengan
menempatkan bulu sikat gigi pada leher gusi dengan ujung bulu sikat menghadap
kebawah kemudian bergerak 180̊ sampai menghadap ke atas untuk gigi bawah.
Sementara untuk gigi atas, ujung bulu sikat menghadap ke atas terlebih dahulu,
kemudian melengkung 180̊ sampai menghadap ke bawah. Dilakukan secara perlahan
agar tidak melukai gusi dan teknik ini menyarankan gerakan roll dilakukan
sebanyak 12 kali per gigi.
d) Teknik
Charter’s
Teknik ini dilakukan
dengan cara bulu sikat ditekan menghadap permukaan kunyah/oklusal gigi,
kemudian diarahkan 45̊ pada daerah leher gigi dan kepala sikat gigi digetarkan.
Untuk memastikan bulu sikat masuk kedalam sela-sela gigi, getarkan dengan gerakan
memutar kecil minimal 10 kali pada tiap area dalam mulut.
e) Teknik
Bass
Teknik penyikatan ini
memiliki variasi gerakan untuk gigi depan dan belakang. Untuk gigi belakang,
pertama-tama ujung sikat dipegang sedemikian rupa sehingga bulu sikat 45̊
terhadap sumbu gigi geligi dimana ujung bulu sikat mengarah menuju leher gusi
sama seperti teknik vertikal, roll,
dan charter. Bulu sikat selanjutnya
ditekan kearah gusi kemudian digerakkan dengan memutar kecil sampai bulu sikat
masuk ke daerah leher gusi dan juga terdorong masuk di antara gigi geligi dan
digerakkan maju mundur seperti gerakan teknik horizontal. Untuk gigi depan,
dibagi menjadi dua bagian yaitu gigi depan bagian luar dan gigi depan bagian
dalam. Untuk gigi depan bagian luar, gerakan yang dilakukan sama dengan gerakan
pada teknik vertikal, yaitu dengan menarik bulu sikat ke arah atas untuk gigi
bagian bawah dan menarik bulu sikat ke arah bawah untuk gigi bagian atas.
Sedangkan untuk gigi depan dibagian dalam, bulu dan juga kepala sikat di
arahkan sejajar terhadap mahkota gigi sesuai dengan sumbu panjang gigi dan
sumbu panjang kepala sikat dan kemudian digerakkan dengan gerakan naik dan
turun.
f) Teknik
Stillman
Teknik ini dilakukan
dengan cara menekan bulusikat dari arah gusi ke gigi secara berulang tanpa
dimasukkan ke dalam sulkus atau kantung gusi. Bulu sikat diletakkan tanpa penekanan,
kemudian digerakkan secara zig-zag atau bergetar dari arah leher gigi ke arah
mahkota gigi.
g) Teknik
Sirkular
Teknik ini menggunakan
gerakan sirkular, yaitu dilakukan dengan gerakan sikat secara horizontal, gigi
ditahan pada posisi menggigit atau oklusi dan gerakan dilakukan memutar
mengenai seluruh permukaan gigi baik depan, samping, maupun belakang.
h) Teknik
Fisiologis
Teknik ini dilakukan dengan
cara meletakkan bulu sikat gigi tegak lurus pada permukaan gigi, dengan tangkai
sikat gigi dipegang secara horizontal atau mendatar dan selanjutnya sikat
digerakkan dari arah bawah ke atas untuk gigi atas, dan dari arah atas ke bawah
untuk gigi bawah.
i) Teknik
Kombinasi
Teknik ini dilakukan
dengan cara menggabungkan teknik vertikal, horizontal, dan sirkular. Teknik ini
yang paling sering digunakan masyarakat pada umumnya dan teknik kombinasi ini
baik karena menggunakan teknik yang berbeda disetiap gigi berdasarkan dengan
letakknya, seperti yang seharusnya dilakukan.
2) Teknik
menggosok gigi pengguna ortodontik
Teknik menggosok gigi bagi
pengguna ortodontik sama dengan teknik menggosok gigi pada umumnya, hanya saja
pengguna ortodontik harus lebih teliti dalam menyikat permukaan kawat dan
daerah diantara kawat, bracket, dan
gigi. Untuk daerah disekitar kawat, letakkan sikat gigi dengan arah 45̊ sehingga dapat menjangkau gigi disekeliling
kawat. Sikat gigi dengan kombinasi gerakan memutar, untuk daerah sepanjang
garis gusi, letakkan sikat gigi dengan sudut 45̊ agar bulu sikat dapat menjangkau kantung
gusi. Sikat secara hati-hati dengan tekanan ringan dan gerakan perlahan. Untuk
bagian dalam dan daerah pengunyahan dapat dilakukan dengan gerakan mencungkil
dan horizontal (Suryawati, 2010).
c.
Waktu
Menggosok gigi
1)
Waktu
menggosok gigi secara umum
Waktu menggosok gigi yang
baik adalah dua kali sehari, yaitu pagi sebelum makan dan malam sebelum tidur
(Sadono, 2011).
2)
Waktu
menggosok gigi pengguna ortodontik
Jika waktu menggosok gigi
secara umum adalah 2 kali sehari, pada
pengguna alat ortodontik waktu yang baik juga pagi sebelum sarapan dan
malam sebelum tidur, namun apabila
dirasa masih kurang pengguna ortodontik dapat menggosok gigi setiap setelah
makan (Suryawati, 2010).
d.
Alat
Bantu Kebersihan Gigi dan Mulut
1) Menurut
Pratiwi (2009), alat bantu kebersihan gigi dan mulut secara umum diantaranya:
a) Flossing
Merupakan tindakan
pembersihan gigi menggunakan dental floss
atau yang lebih sering dikenal dengan benang gigi.
b) Obat
Kumur
Berkumur dengan obat
kumur sesuai dengan takaran yang dianjurkan, menggunakan obat kumur tidak dianjurkan
jika dilakukan terlalu sering atau berlebihan, karena penggunaan obat kumur
yang terlalu banyak akan membuat dinding mulut teriritasi serta flora normal
yang diperlukan untuk menyeimbangkan keasaman didalam mulut akan ikut mati.
Selain itu alkohol dapat mengurangi produksi air liur dan mengganggu
pengecapan.
2) Menurut
Sadomo (2011), alat bantu kebersihan gigi dan mulut pengguna ortodontik
diantaranya:
a) Flossing
Pada pengguna ortodontik
dapat memakan waktu yang lebih lama dari pada penggunaa flossing secara umum,
Penggunaan dental floss yang mudah
digunakan sangat dianjurkan karena lebih efektif dan efisien.
b) Sikat
interdental
Sikat interdental untuk
celah gigi digunakan untuk membersihkan area permukaan antara gigi dan kawat
dalam menghindari penumpukan plak. Cara menggunakan sikat interdental adalah
dengan memasukkan sikat ke sela-sela gigi dan kawat dengan gerakan memutar
sambil naik turun sehingga sisa makanan yang terselip dapat keluar dan
dibersihkan.
c) Travel toothbrush
Merupakan sikat gigi dengan
ukuran yang lebih kecil sehingga lebih mudah untuk dibawa saat berpergian.
d) Ortodontic Wax
atau lilin bening
Ortodontic
Wax atau lilin bening digunakan untuk menutupi
bagain bracket yang tajam. Cara
menggunakannya adalah dengan mencuil sedikit lilin kemudian ditempelkan pada
bagian yang dirasa tajam.
e) Dental Mirror
Dental
Mirror adalah kaca mulut yang digunakan untuk
melihat kotoran atau sisa makanan didalam mulut yang tidak terjangkau oleh
mata.
2.
Ortodontik
a.
Pengertian
Ortodontik
Perawatan Ortodontik merupakan
salah satu perawatan dibidang kedokteran gigi untuk memperbaiki susunan gigi
yang dapat meningkatkan kemampuan mastikasi, fonesi, serta estetik.
b.
Tujuan
Pemakaian Ortodontik
Tujuan dari perwatan
ortodontik adalah untuk memperoleh oklusi yang optimal baik letak maupun fungsi
serta untuk menciptakan keseimbangan antara hubungan oklusi gigi geligi,
estetik wajah dan stabilitas hasil perawatan (Sakinah, dkk, 2016).
c.
Macam-macam
Ortodontik
Menurut Jufri (2017)
berdasarkan cara pemakaian, alat perawatan ortodontik dibagi menjadi :
1) Perawatan
dengan alat lepasan (removable appliances)
Merupakan alat yang dapat
dipasang dan dilepas oleh pasien sendiri untuk mempermudah pembersihan alat.
Alat ini dipakai untuk kasus sederhana yang hanya melibatkan kelainan posisi
giginya saja.
2) Perawatan
dengan alat cekat (fixed appliance)
Alat ini hanya dipasang
dan dilepas oleh dokter serta memiliki kemampuan perawatan yang lebih kompleks.
Menurut Anindyaning
(2015), alat ortodontik cekat memiliki komponen alat yang dikelompokkan menjadi
2 bagian, yaitu:
a) Komponen
pasif untuk mendukung komponen aktif
(1) Band,
cincin logam yang disemenkan pada gigi penjangkar.
(2) Tube,
tabung logam yang dipatrikan pada band molar.
(3) Bracket,
tempat perlekatan komponen aktif yang dipasang secara bonding.
b) Komponen
aktif untuk menggerakkan gigi
(1) Arch wire,
lengkung kawat yang terpasang pada slot bracket
dan dimasukkan ke tube bukal.
(2) Sectional Wire,
bagian kawat busur untuk menggerakkan gigi-gigi posterior.
(3) Auxillaries,
alat tambahan untuk menggerakkan gigi seperti karet elastik.
d.
Pentingnya
Menjaga Oral Hygine Bagi Pemakai Orthodontik
Pengguna alat ortodontik
sangat rentan terhadap kebersihan mulut yang buruk. Hal ini dipengaruhi oleh
komponen-komponen alat ortodontik yang sulit untuk dibersihkan. Resiko yang
timbul akibar kebersihan gigi dan mulut yang buruk adalah peningkatan
terjadinya penyakit periodontal lainnya. Oral hygine menjadi bagian yang penting
dalam kesuksesan perawatan ortodontik dan tindakan pencegahan untuk
meminimalkan kegagalan selama perawatan.
3.
Plak
a.
Definisi
Plak
Plak
merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas
mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks interseluler dan akan
terus terakumulasi bila tidak dibersihkan dan terbentuk melalui serangkaian
tahapan (Oktaviani, 2015). Menurut Putri dkk, (2012) Plak
gigi terdiri dari air dan berbagai macam mikroorganisme dalam suatu matrik
interseluler yang terdiri atas polisakarida ekstraseluler dan protein saliva.
Plak biasanya mulai terbentuk pada sepertiga permukaan gingiva dan pada
permukaan gigi yang mengalami jejas dan kasar. Plak juga menjadi salah satu
penyebab karies dan penyakit periodontal.
Dalam jumlah sedikit, plak tidak dapat
terlihat kecuali jika telah diwarnai dengan disclosing solution yang
dapat membantu melihat plak gigi. Jika menumpuk, plak akan terlihat berwarna
abu-abu, abu-abu kekuningan dan kuning (Oktaviani, 2015).
b. Komposisi
Plak
Pratiwi dkk, (2012)
menyatakan bahwa plak terdiri dari 20% komponen padat dan 80% air. Berdasarkan
jumlah bakteri, plak terdiri dari karbohidrat dan protein yang dapat
meningkatkan perlekatan terhadap enamel, berperan sebagai protective cover dan
reservoir dari asupan nutrisi melalui proses metabolisme. Jika plak
tidak segera dihilangkan akan terjadi proses pematangan, struktur makromolekul
akan memperkuat plak, dan meningkatkan perlekatan plak pada enamel gigi. Plak
terdiri atas 70% komponen bakteri mikroorganisme dan 30% terdiri atas materi
organik maupun anorganik yang berasal dari saliva, cairan sulkus gingiva maupun
produk bakteri. Materi organik plak mengandung polisakarida, protein
glikoprotein, dan lemak, sedangkan materi anorganik terutama mengandung kalsium
dan fosfor (Dewi, 2014).
c. Proses
Pembentukan Plak
Terdapat beberapa tahapan
dalam proses pembentukan plak menurut Winata (2014) :
1) Tahapan
pembentukan pelikel
Tahapan pembentukan
pelikel merupakan tahapan terbentuknya deposit selapis tipis dari protein
saliva (terutama glikoprotein) pada permukaan gigi yang dimulai beberapa detik
setelah penyikatan gigi. Lapisan pelikel ini tipis, translusen, halus, dan
tidak berwarna
2) Tahapan
kolonisasi awal bakteri
Pada tahapan ini populasi
bakteri akan muncul dalam waktu beberapa menit setelah terdepositnya pelikel.
Bakteri dapat tersimpan langsung pada email namun biasanya bakteri akan melekat
terlebih dahulu pada pelikel dan agregat bakteri dapat menyelubungi
glikoprotein saliva. Setelah selang beberapa jam, bakteri jenis Streptococcus
dan Actinomyces akan melekat pada pelikel dan kolonisasi bakteri yang
telah terbentuk sebelumnya, sehingga dalam beberapa hari populasi bakteri akan
tumbuh, berkembang, dan menyebar keluar dari permukaan gigi. Total waktu
pembentukan plak yang diperlukan pada tahapan kedua ini kurang lebih
membutuhkan 2 hari
3) Tahapan
kolonisasi sekunder bakteri dan pematangan plak
Kolonisasi sekunder bakteri muncul dengan mengambil keuntungan dari perubahan lingkungan hasil metabolisme dan pertumbuhan plak primer. Pada tahapan ini terjadi inflamasi gingiva setelah 4-7 hari. Proses inflamasi tersebut menyebabkan terbukanya krevikuler gingiva sehingga menjadi tempat untuk pertumbuhan bakteri dan terjadi inisiasi aliran cairan sulkus gingiva. Kondisi ini akan mengakibatkan bakteri dengan kemampuan metabolik yang berbeda menempel pada plak, termasuk bakteri jenis gram negatif seperti: Prevotella, Porphyromonas, Capnocytophaga, Fusobacterium, dan Bacterioide.Patogenesis plak dimulai dari aktifitas mikroorganisme yangterkandung dalam plak. Asam yang dihasilkan dari fermentasi gula olehkokus akan menyebabkan terjadinya demineralisasi lapisan email gigisehingga struktur gigi menjadi rapuh dan mudah berlubang. Toksin-toksinhasil metabolisme bakteri pun dapat menyebabkan terjadinya kerusakanpada jaringan penyangga gigi dan mukosa mulut
d.
Indeks
Plak
Podshadley dan Haley
(1968) dalam Muhammad, (2017) menjelaskan bagaimana cara pemeriksaan indeks
plak Personal Hygiene Performance (PHP) sebagai berikut:
1)
Untuk memeriksa plak yang
terbentuk pada permukaan gigi bisa dengan menggunakan larutan disclosing solution.
2)
Lakukan pemeriksaan mahkota gigi pada bagian
fasial atau lingual dengan membagi tiap permukaan mahkota menjadi lima bagian,
yaitu D (distal), G (sepertiga tengah gingiva), M (mesial), C (sepertiga
tengah), I/O (sepertiga tengah insisal atau oklusal)
3)
Pemeriksaan secara sistematis:
a) Pemeriksaan pada permukaan labial gigi incisivus satu kanan atas.
b) Pemeriksaan pada permukaan labial gigi incisivus satu kiri bawah.
c) Pemeriksaan pada permukaan bukal gigi molar satu kanan atas.
d) Pemeriksaan pada permukaan bukal gigi molar satu kiri atas.
e) Pemeriksaan pada permukaan lingual gigi molar satu kiri bawah
f) Pemeriksaan pada permukaan lingual gigi molar satu kanan bawah.
4)
Cara penilaian plak adalah dengan
skor nilai 0 = tidak terdapat plak, nilai 1 = terdapat plak.
5) Untuk menentukan indeks plak Personal Hygiene Performance digunakan rumus jumlah total skor plak seluruh permukaan gigi yang diperiksa dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa.
6)
Kriteria penilaian
Tabel 2.1 Kriteria
Penilaian Plak Indeks
No |
Kriteria |
Skor |
1 |
Sangat
Baik |
0 |
2 |
Baik |
0,1-1,7 |
3 |
Sedang |
1,8-3,4 |
4 |
Buruk |
3,5-5 |
METODE PENELITIAN
A.
Jenis
Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah
jenis penelitian kepustakaan yang bertujuan untuk membandingkan dan
menyimpulkan tentang perbandingan penggunaan sikat gigi konvensional dengan
sikat gigi khusus orotodontik terhadap perubahan plak indeks pada pemakai
ortodontik berdasarkan studi literatur. Jenis penelitian kepustakaan ini
dilakukan dengan membandingkan penelitian yang sudah ada sebelumnya.
B.
Sumber
Data
Sumber data untuk penelitian studi
literatur ini dapat berupa sumber yang resmi akan tetapi dapat berupa laporan
atau kesimpulan seminar, jurnal, catatan/rekaman, diskusi ilmiah, tulisan-tulisan
resmi terbitan pemerintah dan lembaga-lembaga lain, baik dalam bentuk
buku/manual maupun digital seperti bentuk piringan optik komputer atau data
komputer.
C.
Identifikasi
Variabel
1. Variabel
bebas (pengaruh)
a. Sikat
gigi konvensional
b. Sikat
gigi khusus ortodontik
2. Variabel
terikat (terpengaruh)
Penurunan skor plak
indeks
3. Variabel
terkendali
a. Teknik
menggosok gigi
b. Lama
waktu menggosok gigi
4. Variabel
tak terkendali
a. Susunan
Gigi
b. Saliva
16
D.
Definisi
Operasional Variabel
1.
Variabel
Pengaruh
Sikat gigi konvensional
merupakan sikat gigi dengan beragam ukuran serta bentuk sikat gigi yang banyak
digunakan oleh masyarakat umum. Sikat gigi khusus ortodontik merupakan sikat
gigi dengan bagian dengan bulu sikat panjang dibagian pinggirnya dan pendek
dibagian tengah, sikat gigi ini dibuat khusus untuk pemakai ortodontik. Dalam
penelitian in yang diukur adalah kemampuan responden dalam melakukan teknik
menggosok gigi yang baik dan benar dengan menggunakan sikat gigi konvensional
dan sikat gigi khusus ortodontik.
2.
Variabel Terpengaruh
Plak merupakan
deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas
mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks interseluler dan akan
terus terakumulasi bila tidak dibersihkan dan terbentuk melalui serangkaian tahapan
Tabel 3.1 Kriteria Penilaian Plak Indeks
No |
Kriteria |
Skor |
1 |
Sangat
Baik |
0 |
2 |
Baik |
0,1-1,7 |
3 |
Sedang |
1,8-3,4 |
4 |
Buruk |
3,5-5 |
Tabel 3.2 Elemen
Gigi yang diperiksa
16 bukal |
11 labial |
26 bukal |
46 lingual |
31 labial |
36 lingual |
E.
Instrumen
/ Alat Ukur Penelitian
Tabel 3.3Intrumen Penelitian
Variabel |
Metode Penelitian |
Instrumen |
Variabel
Pengaruh: Sikat
gigi konvensional dan sikat gigi khusus ortodontik |
Review Literatur |
a. Jurnal b. Artikel c. Textbook |
Variabel Terpengaruh: Plak Indeks |
Review Literatur |
a. Jurnal b. Artikel c. Textbook |
F.
Prosedur
Pelaksanaan Penelitian
1. Langkah-langkah
pengambilan data dalam penelitian sebagai berikut:
a. Studi
Literatur, mengumpulkan literatur mengenai perbandingan penggunan sikat gigi
konvensional dengan sikat gigi khusus ortodontik.
b. Pengambilan
Data, memilih data sesuai dengan penelitian yang diteliti oleh penulis yang
berasal dari jurnal, artikel ilmiah, literatur review atau textbook.
c. Konsep
yang diteliti, membuat atau menyusun konsep dari penelitian yang sudah
ditemukan oleh penulis.
d. Analisa,
mengolah data dari literatur yang dikumpulkan untuk memperjelas penelitian.
e. Kesimpulan
dan Saran, mengambil kesimpulan dan saran dari penelitian yang telah ditemukan.
G.
Analisis
Data
Dalam penelitian ini
analisa data yang dilakukan adalah anilisa data kualitatif yaitu mengolah data
yang telah dikumpulkan dari kepustakaan-kepustakaan sebelumnya dengan car
mensintesa, mengritisi, serta menyimpulkan dari teori-teori yang ada.
A. Pembahasan
1. Kajian
Mengenai Pengaruh Penggunaan Sikat Gigi Konvensional Terhadap Plak Indeks
Penelitian
yang dilakukan oleh Panbara dkk, (2017) tentang perbandingan efektivitas sikat
gigi konvensional dengan sikat gigi khusus ortodontik terhadap penurunan indeks
plak pada pemakai piranti ortodontik cekat, menunjukan bahwa adanya perbedaan
yang signifikan rerata skor indeks plak sebelum dan sesudah menyikat gigi
dengan sikat gigi konvensional pada pemakai ortodontik (p<0,05). Hal ini
sejalan dengan penelitian Sukmawaty (2011) yang menyatakan adanya perbedaan
rerata indeks plak secara signifikan sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan
sikat gigi konvensional(p<0,05).
Sikat gigi konvensional merupakan sikat
gigi yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan sikat gigi ini lebih
mudah didapatkan dan dari segi harga jauh lebih terjangkau. Sikat gigi
konvensional memiliki bentuk kepala yang bervariasi untuk disesuaikan dengan
anatomi individu yang berbeda dan memiliki bentuk bulu sikat yang datar. Wirza
(2019) menyatakan bahwa bentuk sikat gigi mempengaruhi efektivitas menyikat
gigi dalam membersihkan plak.
Plak
merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi, terdiri atas
mikroorganisme yang berkembang biak dalam suatu matriks interseluler dan akan
terus terakumulasi bila tidak dibersihkan dan terbentuk melalui serangkaian
tahapan (Oktaviani, 2015).
Penelitian
Panbara (2017) menyatakan bahwa adanya perbedaan yang signifikan rerata skor
indeks plak sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan sikat gigi konvensional
pada pemakai orthodonti (p<0,005). Akan tetapi sikat gigi ini tidak
menunjukan hasil yang maksimal dalam membersihkan plak pada pemakai ortodontik
karena permukaan bulu sikat yang datar membuat sikat ini sulit untuk menjangkau
bagian interdental gigi yang terhalang oleh bracket. Hal ini sejalan
dengan penelitian Nengsi (2018) yang menyatakan terdapat perbedaan yang
signifikan antara sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan sikat gigi konvensional
dengan nilai mean 3,413 sebelum menyikat gigi dan nilai mean 2,179 sesudah
menyikat gigi. Akan tetapi terdapat kekurangan dalam segi bentuk dan bulu sikat.
Oleh karena itu sikat gigi konvensional menunjukan hasil yang kurang efektif
terhadap perubahan indeks plak pada pengguna ortodontik cekat.
2.
Kajian Mengenai Pengaruh
Penggunaan Sikat Gigi Khusus Ortodontik Terhadap Plak Indeks
Pada penelitian Winatha (2014) tentang pengguna sikat gigi khusus
ortodontik lebih menurunkan akumulasi plak gigi daripada sikat gigi
konvensional pada pengguna alat ortodontik cekat, menunjukan bahwa adanya
perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah menyikat gigi dengan sikat gigi
ortodontik (p<0,05). Hal ini sejalan dengan penelitian Adelia (2014) yang
menyatakan terdapat penurunan rerata plak indeks yang signifikan antara sebelum
dan sesudah menyikat gigi dengan sikat gigi ortodontik (p<0,005).
Sikat gigi ortodontik merupakan sikat gigi yang dibuat khusus untuk
pengguna ortodontik dengan bulu sikat panjang dibagian pinggir dan pendek
dibagian tengah. Sikat gigi khusus ini digunakan karena mampu membersihkan sisa
makanan yang menempel di sela-sela gigi dan kawat yang tidak bisa dijangkau oleh
sikat gigi biasa (Sukmawaty, 2011). Hal ini sejalan dengan penelitian Panbara
(2017) yang menyatakan bahwa sikat gigi khusus ortodontik lebih mudah dalam
membersihkan plak dikarenakan memiliki ketinggian bulu yang bervariasi sehingga
dapat menjangkau dan menyesuaikan keadaan permukaan gigi yang ditempati bracket.
Pada penelitian Sukmawaty (2011)
menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah
menyikat gigi dengan sikat gigi khusus ortodontik (p<0,05). Hal ini sejalan
dengan hasil penelitian Nengsi (2018) yang menyatakan bahwa sebelum menyikat
gigi dengan sikat gigi khusus ortodontik didapatkan nilai mean sebesar 3,279
dan sesudah menyikat gigi didapatkan nilai mean sebesar 1,229. Hasil ini juga
menunjukan adanya perbedaan antara sebelum dan sesudah menyikat gigi dengan
sikat gigi ortodontik dimana nilai p Value = 0,000 (<0,05). Hal ini
dikarenakan sikat gigi ortodontik memiliki kelebihan dari segi bentuk dan bulu
sikat yang dapat menyesuaikan pengguna ortodontik. Oleh karena itu, pengguna
sikat gigi ortodontik menunjukan hasil yang efektif terhadap perubahan indeks
plak pada pengguna ortodontik.
3.
Kajian Mengenai Pengaruh
Penggunaan Sikat Gigi Konvensional dengan Sikat Gigi Khusus Ortodontik Terhadap
Penurunan Skor Plak Indeks
Pada penelitian Nengsi (2018) didapatkan perbedaan yang signifikan
antara menyikat gigi dengan sikat gigi konvensional dan sikat gigi ortdontik.
Diketahui bahwa sikat gigi konvenional didapatkan selisih sebesar 1,234, dan
sikat gigi khusus ortodontik selisih sebesar 2,05 yang berarti sikat gigi
khusus ortodontik lebih efektif dibandingkan dengan sikat gigi konvensional. Hal
ini sejalan dengan penelitian Safitri (2015) yang menyatakan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara sikat gigi konvensional dengan sikat gigi
khusus ortodontik terhadap penurunan indeks plak dengan nilai P=0,015
(<0,05).
Dari penelitian Panbara (2017) juga diperoleh hasil bahwa sikat gigi
khusus ortodontik lebih efektif dibandingkan sikat gigi konvensional. Hal
tersebut dapat dilihat dari perbedaan nilai selisih rerata sikat gigi
konvensional dan sikat gigi khusus ortodontik, dimana skor rerata penurunan
indeks plak pada sikat gigi khusus ortodontik (41,84) lebih besar dibandingkan sikat
gigi konvensional (30,74). Hal ini sejalan dengan penelitian Winatha (2014)
yang menyatakan bahwa sikat gigi ortodontik lebih besar menurunkan indeks plak
pada pengguna ortodontik dari pada sikat gigi konvensional.
Hal tersebut dikarenakan sikat gigi ortodontik memiliki desain sikat
gigi yang berbentuk v-shape yaitu baris tengah bulu sikat lebih pendek
dibandingkan bulu sikat pada kedua pinggiran sehingga dapat memasuki
interdental gigi dan tidak memberikan kekakuan pada saat digunakan. Sikat gigi
khusus ortodontik dikenal sebagai sikat gigi bi-level dengan bulu sikat
pada pinggir panjang dan bulu sikat pada bagian tengah lebih pendek untuk
memudahkan membersihkan plak. Sikat gigi khusus ini dipakai karena mampu
membersihkan kotoran yang menempel disela-sela gigi dan kawat, yang tidak bisa
dijangkau oleh sikat gigi biasa. Berbeda halnya dengan sikat gigi konvensional
yang memiliki desain permukaan bulu sikat datar. Meskipun sikat gigi ini lebih
mudah didapatkan dan dari segi harga jauh lebih terjangkau, akan tetapi sikat
ini sulit untuk membersihkan bagian
interdental gigi karena terhalang oleh bracket.
BAB V
KESIMPULAN DAN KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil penelitian penurunan indeks plak antara sikat gigi konvensional dengan
sikat gigi khusus ortodontikpada pengguna ortodontik dapat disimpulkan bahwa :
1.
Terdapat perbandingan
penggunaan sikat gigi konvensional dengan sikat gigi khusus ortodontik terhadap
perubahan skor plak indeks pada pengguna
ortodontik.
2.
Adanya pengaruh sikat
gigi konvensional terhadap perubahan indeks plak pada pengguna ortodontik
dengan nilai rata-rata sebelum menyikat gigi sebesar 3,413dan
setelah menyikat gigi sebesar 2,179 (Nengsi,
2018).
3.
Adanya pengaruh sikat
gigi ortodontik terhadap perubahan indeks plak pada pengguna ortodontik
dengan nilai rata-rata indeks plak
sebelum menyikat gigi sebesar 53,279 dan setelah menyikat gigi sebesar 1,229
(Nengsi, 2018).
4.
Adanya perbedaan yang
signifikan antara penggunaan sikat gigi konvensional dengan sikat gigi
ortodontik dimana perubahan plak indeks lebih besar pada pengguna sikat gigi
ortodontik, hasil diperoleh nilai perubahan plak indeks sebesar 1,234 pada
sikat gigi konvensional dan 2,05 pada sikat gigi ortodontik (Nengsi, 2018).
B.
SARAN
Berasarkan
hasil penelitian yang dilakukan, saran yang dapat diajukan adalah sebagai
berikut:
1.
Bagi pengguna ortodontik
disarankan untuk lebih baik menggunakan
sikat gigi khusus ortodontik dalam menjaga kesehatan gigi dan mulutnya.
2.
|
Komentar
Posting Komentar